Perjuangan Penjual Sate Lalat Khas Pamekasan
Kehidupan penjual sate lalat yang berusia lanjut ini merupakan salah satu potret menarik dari masyarakat lokal. Ia adalah salah satu dari wajah-wajah yang menjadi ikon budaya lokal, menjajakan makanan tradisional sejak turun-temurun. Meskipun usianya sudah lanjut, Pal Dul penjual sate lalat tidak menyerah dalam melestarikan tradisi kuliner Pamekasan. Warisan ini menjadi bagian penting dari identitas budaya Pamekasan yang tetap hidup berkat usaha penjual sate seperti dia. Setiap hari, ia terus menyajikan sate lalat bagi masyarakat Pamekasan dan pengunjung, membawa cerita di balik setiap tusuk sate yang disajikannya.
STORY TELLING FOTOGRAFI


Di Pamekasan ada satu kawasan yang sudah tidak asing lagi bagi pecinta kuliner, dan kawasan ini menjadi area wajib dikunjungi bila kita pertama kali datang ke Pamekasan. Namanya kawasan Sae Salera terletak di jl. Niaga sekitar 200meter dari tugu Arek Lancor Alon-alon kota. Kawasan Sae Salera terdapat banyak penjual kuliner dari ikan bakar, soto nasi goreng, es bubur kacang ijo, dan tentu kuliner khas madura berupa sate ayam dan sate kambing. Ingin ke Pamekasan Madura dapatkan tiket dan hotel harga terbaik di traveloka
Kawasan Sae Salera bukan hanya sekedar tempat berjualan, tetapi juga sebuah panggung kehidupan berbagai cerita terjadi setiap harinya. Dari beragam kuliner di kawasan Sae Salera ada kuliner wajib kita coba, kuliner sate lalat menu kuliner ini hanya ada di Pamekasan.
Dilihat dari nama sate lalat membuat kita mengerutkan kening karena ingat nama serangga jenis Ordo Diptera pembawa bakteri pencemar makanan yang membuat sakit diare. Namun ini hanyalah istilah, dilihat dari teksturnya sate lalat adalah sate berbahan daging ayam atau kambing yang dalam satu tusuk sate terdiri dari 2-3 daging potongan kecil-kecil sehingga kelihatan seperti lalat. Oleh karena itu dikenal dengan sebutan sate lalat yang dalam Bahasa Madura biasa disebut Sate Lala'.
1/15s f2 ISO 400


Saya membeli sate lalat seporsi Rp15.000 berisi 20 tusuk sate dan 2 lontong. Penjualnya berusia lanjut namun semangatnya tidak pudar dalam mengegelar dagangannya. Penjual ini mengenakan kaos bergaris merah dan putih khas pakaian adat Madura, menambah elemen warna yang menonjol di antara suasana jalan Niaga.
Kehidupan penjual sate lalat yang berusia lanjut ini merupakan salah satu potret menarik dari masyarakat lokal. Ia adalah salah satu dari wajah-wajah yang menjadi ikon budaya lokal, menjajakan makanan tradisional sejak turun-temurun. Meskipun usianya sudah lanjut, penjual sate lalat tidak menyerah dalam melestarikan tradisi kuliner Pamekasan. Warisan ini menjadi bagian penting dari identitas budaya yang tetap hidup berkat usaha penjual sate seperti dia. Setiap hari, ia terus menyajikan sate lalat bagi pengunjung dan membawa cerita di balik setiap tusuk sate yang disajikannya.
1/15s f2 ISO 400
Pak Dul , kisah penjual sate lalat di Pamekasan adalah contoh nyata dari manusia yang berjuang dengan penuh ketekunan dan dedikasi. Di balik senyumnya yang ramah, ada semangat untuk terus berkarya dan mempertahankan warisan budaya. Melalui perjuangan ini, kita belajar tentang nilai-nilai yang tak lekang oleh waktu: kerja keras, semangat, dan cinta terhadap apa yang kita lakukan. Ingin ke Madura dapatkan tiket dan hotel harga terbaik di traveloka

